Seminggu sebelum ujian putriku sudah belajar ngebut, sampai kadang-kadang dia marahi oleh sang ibu karena tidak bisa membagi waktu antara waktu bermain dan belajar. Apalagi ketika sudah memasuki masa-masa Ujian Akhir semester semakin dia di karantina dan harus belajar, waktu untuk bermain di potong hampir 50%.
Sabtu 24 Desember adalah hari pembagian raport dimana hasil jerih payahnya akan terbalas dengan goresan-goresan tinta disebuah buku bersampul hijau yang bertuliskan “Laporan Penilaian Hasil Belajar Siswa”. Dan kumpulan lembar jawaban yang sudah dinilai, kubuka terlebih dahulu lembar hasil ujian itu, halaman pertama adalah sebuah lukisan abstrak (SBK) yang sangat tak jelas entah itu gambar apa, yang jelas hamper semua di dominasi warna biru laut, aku tahu putriku tak pandai dalam menggambar, dia dapat 70.
Halaman kedua Bahasa Inggris 100, Quran Hadits 93, Fiqih 96, PKn 83, IPS 89, Bahasa Jawa 87, Bahasa Indonesia 95, Matematika 95, IPA 74,dan Aqidah Akhlaq 96. Sempat tercengang juga aku ketika melihat lembar jawaban itu, karena rata-rata kurang lebih 90. Dan kemudian kubuka Raport bersampul hijau itu, langsung kucari daftar peringkat di buku itu. Tertulis Peringkat ke 7 dari 45 siswa. Terlintas di benakku, Bagaimana dengan si Ranking 1 mungkin rata-rata semua mapel 100 kali ya..
Tapi tidak mengapa anakku, aku melihat Jerih payahmu, walaupun kau peringkat ke 7, bagiku Kau si Ranking 1. Teringat juga kata salah satu muridku, saya niat “ Tholabul Ilmu pak, Bukan Tholabul Ranking”.
asseegg....
BalasHapusbtul pak.....
jempol.....
BalasHapus